Como: Klub Ke-8 LN yang Dikuasai Penguasa Indonesia

Como: Klub Ke-8 LN yang Dikuasai Penguasa Indonesia

BD - Anggota Serie C, Italia, Como 1907 menjadi klub sepakbola luar negeri ke-8 sepanjang sejarah yang berhasil dikuasai oleh pengusaha asal Indonesia.

Ya! Grup Djarum melalui SENT Entertainment, sebuah perusahaan yang berkedudukan di London, Inggris, resmi menjadi bos baru 'I Lariani' -julukan Como.

Uniknya, informasi penting ini baru diendus publik dalam dua hari terakhir. Padahal, situs Arah.com, menulis proses take over ini sudah berlangsung sejak April 2019 lalu.

Lantas, berapa fulus yang dibutuhkan untuk membeli Como? Dikatakan Mirwan Suwarso, selaku wakil dari Mola TV yang juga merupakan Grup Djarum, biaya yang digelontorkan tak mahal. Tak sampai Rp 5 milyar!

"Istilahnya kami menebus di pegadaian. Kami hanya ingin memastikan gaji karyawan terselesaikan," beber Mirwan, saat berbicara kepada sumber yang sama, Kamis (17/10).

Lantas apa motivasi Grup Djarum mengakuisisi klub kasta ketiga Italia dan hanya berbasis di kota kecil? 

Djarum bertekad menjalin kerjasama yang erat dengan pemerintah setempat, partner lokal dan stakeholer lainnya. Selain itu, mereka juga ingin berinvestasi di bidang olahraga, pengembangan usia muda, stadion dan pembentukan tim utama.

Ditambah, Djarum akan menjadikan Como 1907 sebagai rumah bagi program yang kini sedang mereka jalankan, Garuda Select.
 

KLUB LN KE-7 YANG DIAKUISISI PENGUASA INDONESIA
Sebelum Como, total ada tujuh klub LN di mana mayoritas berdiam di Eropa yang pernah dan masih dibeli oleh penguasa Indonesia.

1. Tranmere Rovers (Inggris)
Bermain di League One (kaste ketiga dalam hirarki kompetisi sepakbola Inggris), saham mayoritasnya dibeli oleh keluarga Sofjan Wanandi lewat Santini Group pada 2019.

2. Lechia Gdanks (Polandia)
Klub tempat bernaungnya punggawa timnas, Egy Maulana Vikri ini 10% sahamnya dikuasai oleh pemuka agama, Yusuf Mansur lewat PT Veritra Sentosa Internasional (Paytren).

Kabarnya, Yusuf Mansur harus merogoh koceknya cukup dalam, yaitu €2.5 juta [Rp 39,2 milyar) untuk mendapatkan 10% saham. 

3. Leicester City (Inggris)
Selain Italia, tim-tim asal tanah Inggris cukup menggoda untuk dimiliki. Pada 2011, juara Premier League (EPL) 2015-16 ini sahamnya pernah dikuasai Imam Arif sebesar 20%. Namun hanya bertahan setahun, beliau kemudian menjualnya ke King Power, perusahaan milik keluarga besar Raja Thailand. 

4. DC United (Amerika Serikat)

Pada 2012, Erick Thohir bersama rekannya, Jason Levien, membeli total 78% saham anggota klub MLS ini. Namun pada 2018, Erick menjual seluruh sahamnya ke Levien. 

5. Inter Milan (Italia)

Pada 2013, publik sepakbola Indonesia dikejutkan ketika Erick Thohir kembali membuat gebrakan. Kali ini dirinya mengakuisisi raksasa Serie A yang belum lama mengukir 'treble winners', Inter Milan. 

Erick mengakuisisi 70% saham Inter dari tangan Massimo Moratti, yang merupakan orang lama di Inter. 

6. CS Vise (Belgia) 

Bakrie Group merupakan salah satu pioner dalam akusisi klub asing. Pada 2011 Bakrie Group membeli saham CS Vise dan menjadikannya sebagai feeder / sekolah para pemain muda Indonesia MESKIPUN dampaknya tidak terasa hingga saat ini. 

Alfin Tuasalamony, Syamsir Alam, hingga Yandi Sofyan adalah para jebolan dari CS Vise. Sayang, tiga tahun berselang Bakrie Group melego sahamnya ke investor lokal.

7. Brisbane Roar (Australia)
Klub ini satu-satunya di benua Australia yang pernah dikuasai oleh penguasa Indonesia. Lagi-lagi Bakrie Group yang mengakuisisi saham-nya sebanyak 70%.

Hingga detik ini, masih milik Bakrie Group dengan Rahim Soekasah sebagai chairman-nya.

 

Berita Terkait