La Nyalla Mattalitti: PSSI Harus dipimpin Orang yang Teruji

La Nyalla Mattalitti: PSSI Harus dipimpin Orang yang Teruji

BD - Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mahmud Mattalitti mendukung PSSI agar dipimpin oleh orang yang teruji dan mampu membesarkan sepakbola Indonesia. Selain itu ia juga meminta seluruh anggota PSSI agar dapat kembali dirumah besar sepakbola Indonesia itu.

Demikian sambutan tertulis La Nyalla Mahmud Mattalitti dalam Kongres PSSI di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, siang tadi sebagaimana dibacakan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan di Kongres PSSI.

"Saya mendukung agar PSSI dipimpin oleh sosok yang telah teruji mengabdikan dirinya kepada sepakbola. Hal itu juga harus kita lakukan sampai di level Provinsi, sehingga PSSI akan diisi oleh orang-orang yang peduli dan bekerja untuk sepakbola, bukan disibukkan dengan tugas-tugas lain yang menyita perhatian,” ujar La Nyalla dalam sambutan tertulisnya.

“Saya meminta semua keluarga besar PSSI bersatu kembali dalam rumah sepakbola Indonesia. Semua tokoh dan pelaku sepakbola yang kemarin sempat terlibat konflik dualisme organisasi harus diterima kembali ke dalam rumah besar kita, rumah sepakbola ini, yakni PSSI,” tegasnya.

Berikut adalah isi lengkap dari surat sambutan tertulis La Nyall Mattalitti yang dibacakan dalam pembukaan Kongres Luar Biasa PSSI:

SAMBUTAN TERTULIS
Ketua Umum PSSI
Jakarta, 3 Agustus 2016

Bismilahirrohmannirrohim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb,

-    Yang saya cintai, anggota PSSI yang hari ini menjadi delegasi KLB PSSI
-    Yang saya hormati para pejabat pemerintahan yang hadir di pembukaan KLB PSSI
-    Yang saya hormati perwakilan dari FIFA dan AFC
-    Yang saya hormati perwakilan dari KONI Pusat dan Komite Olimpiade Indonesia
-    Yang saya hormati ketua dan anggota Dewan Kehormatan dan Dewan Pembina PSSI
-    Yang saya hormati anggota Komite Eksekutif dan Komite Tetap PSSI masa bakti 2015-2019

Hadirin sekalian,

Agama yang saya imani, mengajarkan saya untuk menyampaikan kebenaran dan mengambil hikmah. Karena itu, dalam sambutan tertulis saya kali ini, saya akan menyampaikan apa yang benar itu benar, sekaligus mengajak kita semua untuk mengambil hikmah dari perjalanan ini.

Kongres yang saya hormati,
Kita semua masih ingat, saya diberi amanat menjadi Wakil Presiden PSSI setelah FIFA menyelesaikan dualisme kompetisi-PSSI yang terjadi sejak tahun 2010 hingga 2013. Tepatnya pada KLB unifikasi PSSI pada 17 Maret 2013 di Hotel Borobudur Jakarta. Sejak saat itu, saya mulai menjabat sebagai Wakil Presiden PSSI.

Kemudian bulan April 2013 saya diminta oleh Komite Eksekutif PSSI untuk mengurus Tim Nasional. Dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama, Alhamdulillah peringkat Timnas kita berhasil merangkak naik dari 172 hingga ke 156 ranking FIFA.

Sejak saya mengurus Tim Nasional di PSSI, tidak ada lagi dana dari APBN untuk Timnas. Sehingga semua murni dari sponsor dan hak siar televisi. Kita semua harus  bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan biaya Timnas yang tidak sedikit. Apalagi semua level Timnas aktif. Mulai dari Senior, U23, U19, U16, U14 sampai Timnas Putri dan Futsal.

Prestasi memang belum gemilang. Karena prestasi memang tidak bisa diraih instan. Tetapi PSSI telah meletakkan pondasi awal penataan dan pengelolaan Timnas secara profesional. Memberi kepercayaan penuh kepada pelatih. Memfasilitasi sebaik mungkin program kerja yang disusun para pelatih.

Begitu pula di sektor penataan organisasi, kita semua di PSSI meyakini bahwa hanya dengan mengikuti standarisasi yang telah ditentukan FIFA, kita bisa mengejar ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.

Karena itu kita lulus FIFA Performance Program di awal tahun 2014 lalu. Dan setelah itu untuk pertama kali PSSI mendapat bantuan Goal Project dari FIFA. Termasuk bantuan pelatihan untuk para pelatih dan wasit kita. Ini semua upaya yang serius dilakukan PSSI dalam masa kurang dari dua tahun setelah didera konflik dan dualisme  kompetisi.

Saya juga mendorong Ketua Komisi Disiplin saat itu, Saudara Hinca Pandjaitan untuk tidak segan-segan menghukum semua pelaku pelanggar kode disiplin sepakbola. Saya juga yang mendorong Saudara Hinca untuk menjajaki kerjasama dengan Sport Radar dan menjalin komunikasi aktif dengan Direktur Keamanan FIFA dalam konteks melindungi sepakbola kita dari perilaku buruk.

Saya juga yang meminta CEO PT Liga Indonesia saat itu, Saudara Joko Driyono untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun kalimat di dalam regulasi Liga Indonesia bahwa klub boleh tidak membayar kewajiban terhadap pemainnya.

Saya juga meminta Sekjend PSSI saat itu, yang juga dijabat Saudara Joko Driyono untuk memenuhi semua aspek standarisasi FIFA di organisasi kesekjenan. Sehingga kita harus membayar mahal beberapa tenaga ahli di bidang teknikal dan football development. Termasuk standarisasi sistem dan akuntabilitas keuangan organisasi.

Termasuk program member development yang kita lakukan dengan menjalankan financial assistance program kepada PSSI Provinsi serta memberikan peluang kemandirian PSSI provinsi dengan memberlakukan Statuta PSSI Provinsi.

Semua yang kita lakukan di PSSI bermuara pada proteksi terhadap sepakbola dengan menjalankan PSSI sesuai benchmark yang sama dengan yang dilakukan anggota FIFA lainnya. Khususnya mereka yang sudah lebih maju dibanding kita. Sedikit demi sedikit kita wajib mengarah ke sana.

Kongres yang saya hormati,
Seperti kita ketahui bersama, di tengah perjalanan, pemerintah melalui Kemenpora tidak sependapat dengan apa yang dilakukan PSSI. Sehingga dengan tujuan melakukan reformasi organisasi, PSSI dibekukan sejak 17  April 2015 hingga 10 Mei 2016 lalu.

Sebagai Presiden PSSI, tentu saya harus melakukan upaya. Salah satunya adalah mencoba berulangkali menyampaikan apa yang terjadi di PSSI kepada pemerintah. Namun rupanya upaya tersebut belum membuahkan hasil. Sehingga upaya hukum untuk melakukan koreksi atas kebijakan itu harus saya tempuh.

Alhamdulillah hasilnya final. Menpora mencabut SK Pembekuan PSSI, yang salah satu argumentasinya adalah karena menghormati putusan Mahkamah Agung yang membatalkan SK tersebut.  

Tetapi cerita kemudian bergeser, menjadi desakan Kongres Luar Biasa untuk mengganti kepengurusan saya.  Kenyataan itu harus saya tanggapi dengan konsekuen. Dan saya juga sangat jernih memahami latar belakang desakan tersebut. Sebagaimana anggota PSSI juga memahami apa yang saya alami.

Saya memang pernah dan berulangkali mengatakan, bahwa saya akan menyerahkan mandat kepemimpinan, apabila yang meminta adalah anggota PSSI yang memilih saya. Dan itu sudah terjadi. Anggota PSSI yang kemarin di KLB Surabaya memilih saya, sekarang meminta kembali mandatnya. Karena itu saya harus konsisten dengan pernyataan saya.

Baik. KLB harus dijalankan. Bahkan saya berdoa agar Kongres pemilihan nanti dapat memilih Presiden PSSI yang terbaik bagi sepakbola kita.

Kongres yang saya hormati,

Perjalanan PSSI hingga hari ini harus menjadi hikmah bagi kita semua untuk menjadikan sejarah hari sebagai momemtum rekonsiliasi dan reformasi PSSI.

Saya meminta semua keluarga besar PSSI bersatu kembali dalam rumah sepakbola ini. Semua tokoh dan pelaku sepakbola yang kemarin sempat terlibat konflik dualisme organisasi harus diterima kembali ke dalam rumah besar kita, rumah sepakbola ini; PSSI.

Rekonsiliasi dan rehabilitasi semua tokoh dan pelaku sepakbola nasional kita. Mantan Ketua Umum Pak Djohar Arifin Husein harus kita terima di rumah besar kita. Begitu pula anggota komite eksekutif hasil KLB Solo, Saudara Farid Rahman, Saudara Sihar Sitorus, Saudara Bob Hippy, Saudara Widodo, Saudari Toety Dau dan almarhum Saudara Mawardi Nurdin, harus kita rangkul kembali sebagai keluarga besar di rumah sepakbola kita.

Rekonsiliasi dan rehabilitasi ini saya harap dapat dilakukan dengan memutihkan putusan hukuman badan yudisial PSSI terhadap beliau-beliau tersebut.

Kongres yang saya hormati,
Saya pernah mendengar bahwa Presiden RI Bapak Joko Widodo berharap PSSI dijalankan dengan profesional oleh orang yang mengerti dan menjiwai sepakbola. Sehingga organisasi ini akan lebih cepat menuju prestasi yang kita harapkan.

Karena itu saya mendukung, agar organisasi ini dipimpin oleh sosok yang telah teruji mengabdikan dirinya kepada sepakbola. Hal itu juga harus kita lakukan sampai di level PSSI Provinsi. Sehingga PSSI akan diisi oleh orang-orang yang peduli dan bekerja untuk sepakbola. Bukan disibukkan dengan tugas-tugas lain yang menyita perhatian.

Namun, harus diingat bahwa integritas adalah harga mati. PSSI harus dihindarkan dari para perusak sepakbola. Mereka yang rela mengorbankan sepakbola melalui praktik-praktik pengaturan skor dan perilaku buruk lainnya. 

Akhir kata, saya hanya berharap doa dari anggota PSSI agar saya diberi ketabahan dan kekuatan dalam menjalani proses hukum yang sedang saya upayakan melalui pengadilan.

Sekian dan terima kasih.
Wabilahil taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

La Nyalla Mahmud Mattalitti

Berita Terkait